Rabu, 23 Juni 2010

Persepsi Guru SMU Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah

Penelitian


PERSEPSI GURU SMU TENTANG PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SEKOLAH TAHUN 1999

Skripsi
SAFRINA YENNI
NPM: 1095000403
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2000
(xii + 97 Halaman, 5 tabel, 4 lampiran)

Skripsi ini membahas tentang persepsi guru SMU tentang pendidikan kesehatan reproduksi remaja di sekolah. Selama ini pengkajian terhadap persepsi guru mengenai permasalahan kesehatan reprodaksi remaja belum mendapatkan perhatian yang serius sehingga sulit diketahui bagaimana sebenarnya, 'kesiapan' seorang guru untuk memberikan materi ini kepada anak didiknya. Padahal mereka adalah salah satu pihak yang diharapkan dapat memberikan informasi kesehatan reproduksi/masalah seksualitas kepada remaja sehingga para remaja tidak terjebak dalam informasi yang menyesatkan. Fenomena di atas menarik perhatian peneliti sehinga dijadikan alasan pemilihan judul skripsi.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui persepsi guru SMU tentang perlunya pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja diberikan di sekolah, siapa yang akan memberikan materi apa yang diberikan , dan bagaimana penerapannya di Sekolah.

Penelitian ini inerupakan studi kualitatif, dan metode pengumpulan data yang digunakan secara wawancara mendalam (indepth-interview). Informan dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar pada mata pelajaran yang dapat berkaitan dengan penyampaian informasi kesehatan reproduksi, yaitu Guru Biologi, Agama, Penjaskes, dan Guru BP. Ditambah dengan kepala/wakil kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan di sekolah, informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, masing-masing sekolah diambil 5 orang guru. Lokasi penelitian ini di SMUN 6 Jakarta dan SMUN I Depok. Agar validitas data tetap terjaga maka dilakukan triangulasi sumber data, yaitu dengan mengadakan cross-check data ke sumber-sumber yang berkompeten yakni Departemen Pendidikan Nasional (DikNas), Departemen Kesehatan (DepKes), dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Pengolahan data dilakukan secara manual. Teknik content analysis digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh.

Hasil analisa menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di sekolah belum diberikan secara terstruktur karena belum ada kurikulum yang jelas mengenai hal ini. Sementara itu pengetahuan informan mengenai kesehatan reproduksi remaja masih sangat terbatas sehingga diperlukan pembekalan bagi guru. Hal yang menggembirakan bahwa sebagian besar informan tidak lagi menganggap tabu pembicaraan mengenai seksualitas sehingga diharapkan dapat mempermudah, penerapan pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja di sekolah. Sebagian informan menyatakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di sekolah tidak perlu diberikan secara khusus (dalam mata pelajaran tersendiri ataupun dalam bentuk penyuluhan berkala), cukup dengan mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran yang berkaitan. Dari 4 mata pelajaran yang berkaitan tersebut Guru Biologi cenderung lebih siap menyampaikati materi kesehatan reproduksi dibanding guru Agama, BP, dan Penjaskes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar